Selasa, 04 Januari 2011

Bahaya Aktivasi Otak Tengah

Kita bisa terkagum-kagum ketika melihat seorang anak yang duduk di bangku SD dengan mata tertutup bisa menyebutkan dengan benar nilai dan gambar kartu-kartu remi yang juga dalam keadaan tertutup. Sementara anak yang lain menggambar dengan mata tertutup, membaca koran, atau bahkan bisa naik sepeda dengan mata tertutup. Sebuah atraksi luar biasa ini bisa dilakukan oleh anak-anak ini dengan hanya latihan dua hari saja.

Menyaksikan kemampuan ajaib itu, para orangtua pun berbondong-bondong mendaftarkan anaknya untuk mengikuti pelatihan singkat dan mahal dengan memegang janji dari panitia pelatihan bahwa anak mereka akan menjadi lebih cerdas, bahkan jenius, hanya dalam beberapa hari.

Kalau sekilas melihat atraksi extra ordinary atau di luar kebiasaan umum yang dilakukan anak-anak tadi, sepertinya janji tersebut masuk akal. Tetapi kalau kita pikirkan secara mendalam, bukan seperti itu kejeniusan yang kita harapkan pada anak-anak kita.

Dalam tulisannya, Lely Setyawati Kurniawan, seorang Psikiater dari Denpasar, Bali, menyebut kondisi seperti yang dialami oleh anak-anak di atas sebagai awareness, yakni suatu kondisi mental penuh kewaspadaan. Kondisi awareness yang berlebihan akan membuat seseorang mengalami berbagai gangguan kejiwaan, berupa gejala yang ringan berupa Gangguan Cemas Menyeluruh, sampai tipe berat berupa Gangguan Paranoid.

Kondisi awareness tersebut muncul setelah otak tengah anak-anak tersebut diaktivasi dengan suatu cara tertentu, seperti memperdengarkan alunan musik klasik dan instrumentalia lainnya, gerakan-gerakan tubuh, menciptakan suasana tertentu, dan lain-lain, kemudian ditambah juga dengan program neuro-linguistik (NLP) yang disisipkan demi sebuah proses aktivasi yang nantinya mengarah pada suatu keadaan extra sensory perception (ESP).

Namun perlu diketahui bahwa hingga hari ini belum ada satupun publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa aktivasi otak tengah meningkatkan kecerdasan manusia, apalagi meng-upgrade-nya menjadi jenius.

Sebaliknya penelitian beberapa ahli sudah membuktikan secara ilmiah bahwa aktivasi otak tengah bisa memberikan dampak buruk bagi fungsi organ tubuh, seperti penelitian Musa A. Haxiu & Bryan K. Yamamoto (2002) membuat suatu penelitian otak tengah pada 24 ekor musang jantan. Hasilnya aktivasi otak tengah di daerah periaquaductal gray (PAG) ternyata justru mengakibatkan otot-otot polos pernafasan mengalami relaksasi, sehingga mengganggu pernafasan hewan-hewan tersebut.

Begitu juga dengan penelitian Peter D. Larsen, Sheng Zhong, dkk. (2001) ada beberapa hal yang berubah karena aktivasi otak tengah, misalnya tekanan arteri utama (mean arterial pressure), aliran darah di ginjal (renal blood flow), aliran darah di daerah paha (femoral blood flow), persarafan daerah bawah jantung (Inferior cardiac), persarafan simpatis dan denyut jantung akan makin meningkat, sebaliknya tekanan darah justru turun, aktivitas persarafan di daerah tulang belakang juga turun. Peningkatan tekanan arteri, aliran darah ginjal dan paha tersebut bisa mencapai 328%.

Tulisan Hugo D. Critchley, Peter Taggart dkk. (2005) membuat kita lebih terperangah lagi, karena ternyata induksi lateralisasi pada aktifitasi otak tengah dapat mengakibatkan mental stres, serta berbagai stres lain yang akan memicu gangguan irama jantung dan kematian mendadak (sudden death). Penyebabnya adalah karena tidak seimbangnya dorongan simpatetik persyarafan jantung.

alih-alih menjadikan anak jenius, aktivasi otak tengah ternyata menciptakan bahaya pada anak anda, yang mungkin saja akan terjadi semakin cepat kalau anak terus-menerus menerapkan secara intensif metoda aktivasi dan praktek penggunaan kemampuan otak tengah.

Sebenarnya ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh suatu lembaga yang memiliki metoda baru sebelum dilemparkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Minimal telah melalui 10 tahun percobaan di laboratorium (in vivo), setelah lulus uji klinis, barulah diujikan pada hewan-hewan percobaan dengan evaluasi sekitar 10 tahun. Pada tahap ketiga barulah diujikan pada para relawan (biasanya mereka dibayar) dan kembali dilakukan evaluasi. Dengan demikian dibutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk membawa suatu metode baru yang aman ke tengah masyarakat.


Sumber: Lely Setyawati Kurniawan, seorang Psikiater, Staf Dosen di Bagian Psikiatri pada Fakultas Kedokteran Udayana, Bali, dan sebagai konsultan Forensik Psikiatri di RSUP Sanglah, Denpasar
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=17522

Keuntungan Aktivasi Otak Tengah

Otak tengah yang telah teraktivasi dapat membuat keseimbangan hormon dalam tubuh seseorang menjadi lebih baik. Salah satu fungsi otak tengah adalah mengatur hormon, di mana area yang mendapat pengaruh cukup besar adalah emosi. Seseorang yang otak tengahmya telah diaktifkan mempunyai keseimbangan emosi yang sangat baik dan mampu mengontrol emosinya dengan lebih baik.

1. Meningkatkan Daya Ingat

Meningkatnya daya ingat dapat membuat seseorang mampu belajar banyak dalam tempo yang lebih singkat. Jika dia belajar dengan waktu yang sama dengan orang lain, dia akan mendapat lebih banyak. Peningkatan daya ingat ini berhubungan langsung dengan semakin meluasnya jaringan pada sel otak seseorang.

2. Meningkatkan Kemampuan Inovasi dan Kreativitas

Inovatif adalah mampu menemukan dan menciptakan hal-hal baru. Kemampuan inovasi dan kreatifitas yang tinggi dapat dipergunakan untuk menghasilkan produk/sesuatu yang baru dan juga dapat dipergunakan untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang baru.

3. Meningkatkan Konsentrasi

Meningkatnya konsentrasi dapat meningkatkan daya tangkap seseorang. Setelah otak tengahnya teraktivasi, seseorang bisa menangkap hal-hal yang rumit dengan lebih baik dan lebih mudah mengerti atau memahami sesuatu.

4. Meningkatkan Kemampuan Fisik dalam Berolahraga

Otak tengah adalah bagian otak yang mengatur gerakan tubuh. Banyak anak merasakan peningkatan dalam pengontrolan gerakan tubuh setelah otak tengah mereka diaktivasi, terutama ketika berolahraga yang membutuhkan ketelitian tinggi. Manfaatnya bukan hanya dirasakan oleh mereka yang senang berolahrega tetapi juga oleh mereka yang senang dengan tarian dan gerakan tubuh lainnya. Gerakan yang banyak membutuhkan koordinasi mata dengan bagian tubuh yang lain akan banyak sekali ditingkatkan dengan aktifnya otak tengah.

5. Meningkatkan Keseimbangan Otak Kanan dan Otak Kiri

Keuntungan yang paling terasa pada anak-anak yang telah diaktivasi otak tengahnya adalah otak kanan dan otak kiri yang semakin seimbang. Keseimbangan ini akan membuat anak tersebut lebih mudah berhubungan dengan orang lain.

6. Meningkatkan Keseimbangan Hormon

Banyak sekali bagian dari tubuh kita yang diatur oleh hormon. Setiap hormon mempunyai fungsi yang berbeda. Otak tengah yang telah aktif membuat hormon-hormon ini menjadi seimbangdan berfungsi dengan harmonis dan hal ini membuat seseorang bisa menjadi lebih sehat dengan otak tengah yang aktif.

7. Meningakatkan Daya Intuisi
Intuisi adalah kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan tanpa masukan atau tanpa menggunakan alasan apapun. Jika kita mendapatkan intuisi kita tidak tahu dari mana asalnya. Otak kanan seringkali dianggap sebagai bagian otak yang bertanggung jawab atas intuisi yang muncul di kepala kita. Otak tengah dapat menggabungkan kemampuan logis otak kiri dan kemampuan intuisi otak kanan menjadi suatu intuisi yang sangat tepat. Seorang anak yang telah diaktifkan otak tengahnya akan mempunyai kemampuan intuisi yang lebih baik. Dengan latihan yang cukup lama dan intensitas yang cukup, ia dapat memprediksi.

Manfaat Secara Umum

Setelah otak tengah teraktivasi, masalah mental dapat diminimalisasikan. Oleh sebab itu, seorang anak yang hiperaktif dapat duduk dengan tenang, anak yang terlalu diam menjadi lebih aktif karena anak-anak tersebut telah memiliki otak tengah yang dominan. Hanya orang-orang yang dominan otak tengahnya yang dapat mengontrol otak kanan dan otak kiri sekaligus.
Umumnya masyarakat Indonesia didominasi oleh otak kiri. Penuh perhitungan, iri hati atau penuh kebencian biasanya muncul dari otak kiri. Jika otak kanan menjadi dominan kita akan penuh rasa kasih dan mengandalkan perasaan. Tentu saja menjadi keinginan kita semua untuk melihat masyarakat yang pandai sekaligus ramah tamah. Hal ini dimungkinkan dengan adanya dominasi otak tengah yang memungkinkan kedua otak berfungsi dengan baik dan benar.


Sumber : Buku Dahsyatnya Otak Tengah – Hartono Sangkanparan
http://gmc-aktivasiotaktengah.com/manfaat-aktivasi-otak-tengah

Sabtu, 01 Januari 2011

makalah Mengoptimalkan Multiple Intelligence Pada Anak Usia Dini

YESSICA HERA PRATIWI
2PA01
11509975
UNIVERSITAS GUNADARMA

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah ini, untuk memenuhi tugas Psikologi dan Tekhnologi Internet serta untuk menambah Ilmu Pengetahuan.
Saya menyadari karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki, maka makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan.
Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih dan mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam penyelesaian makalah ini.

Depok, 2 Januari 2011

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pembentukan kecerdasan pada anak usia dini sangatlah penting dilakukan sejak anak dilahirkan. Akan tetapi sejak anak berada di dalam kandungan pun kecerdasan seorang anak dapat dibentuk yaitu melalui nutrisi dan gizi yang baik dan cukup serta stimulus-stimulus yang dapat merangsang otak, seperti dengan mendengarkan musik klasik. Anak usia dini adalah anak usia antara 0-5 tahun, karena pada usia tersebut adalah periode yang paling tepat untuk membentuk kecerdasan anak, memaksimalkan fungsi kerja otak, memaksimalkan fungsi kognitifnya, dan pembentukan sel-sel pada otaknya.
Multiple intelligence adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Howard Gardner sebagai hyasil dari penelitian Project Zero di Amerika. Teorinya menghilangkan anggapan yang ada selama ini tentang kecerdasan manusia. Hasil penelitinaya menunjukan bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecrdasan. Howard Gardner mengemukakan 10 macam kecerdasan, antara lain: kecerdasan verbar/bahasa (verbal linguistic intelligence), kecerdasa logika/matematika (logical/mathematical intelligence), kecerdasan visual/ruang (visual/spatial intelligence, kecerdasan tubuh/gerak tubuh (body/kinesthetic intelligence), kecerdasan musical/ritmik (musical/rhythmic intelligence), kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence), kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence), kecerdasan naturalis (naturalistic intelligence), kecerdasan spiritual (spiritual intelligence), dan kecerdasan eksistesial (exsistensialist intelligence).
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah
Di dalam pembuatan makalah ini ada beberapa tujuan yang kami jabarkan, diantaranya adalah :
1. Sebagai syarat untuk memenuhi tugas Psikologi dan Tekhnologi Internet
2. Dari hasil diatas, kami ingin mengetahui lebih dalam mengenai Mengoptimalkan Multiple Intelligence Pada Anak Usia Dini
1.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data kami menggunakan metode pengambilan data secara sekunder yaitu pengambilan data secara tidak langsung melalui informasi yang sudah ada seperti internet dan berbagai macam buku.


BAB II
PEMABAHASAN MEMAKSIMALKAN MULTIPLE INTELLIGENCE

1. Pembentukan Kecerdasan

a. Proses Terbentuknya Kecerdasan
Kecerdasan telah ada dan mengakar dari dalam saraf manusia, terutama dalam otak yang merupakan pusat seluruh aktivitas manusia. Menurut Bloom perkembangan intelegensi yang cepat dan intensif terjadi pada tahun-tahun pertama (Izzaty, dkk., 2008).
Berdasarkan model yang didapat dari penelitian longitudinal dikemukakan bahwa pada umur satu tahun dicapai 20 % dan pada umur 17 tahun 100% perkembangan inteligensi . selanjutnya pada umur 4 tahun tercapai 50% dan pada umur 8 tahun perkembangan inteligensi mencapaicapai 80%. Angka-angka tersebut hanya merupakan petunjuk terhadap proses yang terjadi dan bukan pencerminan realitas eksak. Namun hal tersebut dapat menjelaskan bahwa tahun-tahun kehidupan pertama dan sekolah partama merupakan mata rantai yang penting dalam perkembanagn kecerdasan.

b. Faktor Pendorong Pertumbuhan Kecerdasan
Kecerdasan terbentuk ketika pertumbuhan struktur dan fungsi otak mencapai batas tertinggi. Kondisis ini terjadi selama rentang waktu 12 tahun pertama, selama rentang aktu 0-3 tahun dan 6-9 tahun merupakan kondisi terbesar jumlah pembentukan jalur koneksi serta kemungkinan hilangnya jalur tersebut pada system syaraf. Koneksi yang menghasilkan presepsi baik atau positif harus dibentuk semaksimal mungkin. Sebaliknya koneksi sel-sel saraf yang menghasilkan presepsi buruk harus dicegah dan diputuskan.
Perkembangan struktur dan fungsi otak yang sedang tumbuh melalui tiga tahapan, mulai dari otak primitive (action Brain), otak limbic (feeling brain), dan akhirnya ke neocortex (thought brain) otak pikir. Meski berkaitan tapi ketiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri :
• Otak primitif : mengatur fisik untuk bertahap hidup, mengelola gerak refleks, mengendalikan gerak motorik, memantau fungsi tubuh, dan memproses informasi yang masuk melalui panca indera.
• Otak limbik : memproses emosi seperti rasa suka dan tidak suka, cinta atau benci, sebagai penghubung otak pikir dan otak primitive.
• Otak pikir : merupakan bentuk daya pikit tertinggi dan baian otak yan paling objektif, menerima masukan dari otak primitif dan otak limbik.
Melinasi saraf otak berlangsung secara berurutan mulai dari otak primitive, limbic dan otak pikir. Jalur saraf yang sering digunakan membuat myelin semakin menebal. Makin tebal mielin makin cepat impuls saraf atau perjalanan sinyal sepanjang jalur hantaran impuls sinyal-sinyal informasi.
Menurut QuantumLearning terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk merawat kecerdasan di masa pertumbuhannya. Beberapa syarat tersebut diantaranya menyarankan adanya suatu model untuk memberikan rangsangan yang wajar. Konsep ini memberikan suatu gagasan bentuk-bentuk model latihan atau tips-tips praktis untuk merangsang terbentuknya kecerdasan secara maksimal dalam bentuk struktur maupun fungsi organ.(Sultan Surya, 2007)

c.Faktor Genotip (Herediter)
Suatu kenyataan yang tidak dapat ditolak bahwa inteligensi seseorang dipengaruhi oleh faktor pembawaan, hal ini dapat dilihat dari bukti-bukti tentang kekonstanan IQ, penelitian tentang anak kembar identik (Rumini, dkk. 1998) Aliran Nativisme adalah aliran yang mengangap pertumbuhan dan perkembangan individu semata mata dipengaruhi oleh pembawaannya. Akan tetapi gen memiliki peran dalam menentukan terbentukanya struktur organ. Pengaruh gen dalam pembentukan struktur adalah 50%, sedangkan 50% dibentuk oleh kondisi diluar gen atau lingkungan.

d. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki peranan yang penting dalam perilaku inteligen seseorang. Lingkungan yang kondusif dapat meningkatkan manifestasi secara maksimal potensi inteligensi yang telah ditentukan secara hereditas (Rumini, dkk. 1998) Beberapa faktor yang mempengaruhi kecedasan seseorang antara lain : gizi, kesehatan lingkungan, simulasi kognisi, dan emosi, serta urutan kelahiran.

e.Asupan Nutrisi/Gizi
Asupan nutrisi/gizi sangat penting dalam merangsang tumbuh kembang individu dan merangsang perkembangan otak dan sistem sarafnya yang merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk tumbuh kembang individu. Walaupun perkembangan otak tidak sepesat masa bayi, namun otak terus tumbuh pada masa awal individu. Pada usia 3-4 tahun, ukuran otak anak ¾ dari otak orang dewasa , usia 5 tahun ukurannya mencapai 9/10 otak orang dewasa atau sekitar 90% berat otak orang dewasa. Pemberian ASI juga sngat penting pada masa awal perumbuhan, oleh karena itu pemberian nurtisi/gizi harus diperhatikan dengan sunguh-sunguh.

2. Otak Manusia

a. Bagian-Bagian Otak Manusia

Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat mempengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Terdiri dari:
1. Otak Besar (Korteks otak besar dan Gannglia dasar)
2. Diensefalon
3. Otak Tengah
4. Otak Belakang
5. Otak Kecil

b. Mengelola Kecerdasan Otak

Faktor stimulasi bagi otak akan lebih mengarah pada ketajaman fungsi dan kecerdasan, semakin sering distimulasi maka akan semakin kuat koneksi antar sel saraf otak. Rangsangan ini juga sangat baik dilakukan saat bayi masih berada di dalam kandungan, hal ini penting dilakukan karena selain mendukung pembangunan sel saraf pada saat minggu ke-29 masa kehailan terjadi proses opoptesis dimana proses ini memangkas jaringan yang tidak diperlukan atau diinginkan, sehingga jaringan sel otak yang lain dapat bekerja dengan baik. Selai itu kita juga harus mengetahui perkembangan otak kanan dan kiri dalam kaitanya dengan kegiatan menstimulasi otak anak, karena masing-masing sisi mengontrol hal-hal yang berbeda.

c.Pertumbuhan dan Perkembangan Sel Saraf

Menurut beberapa ahli, seorang anak memiliki 100 milyar sel otak dalam kondisi saling lepas atau belum membentuk koneksi. Koneksi akan terus terbentuk hinga mencapai 1000 trilyun koneksi seiring bertambahnya usia sampai mencapai usia kurang lebih 3 tahun. Ketika koneksi antar sel-sel saraf terbentuk, maka sel-sel tersebut menjadi suatu sistem syaraf yang mulai bekerja. Suatu bentuk keseluruhan sel-sel saraf pada otak dengan koneksi dan sifat-sifat hubungannya sehingga membentuk suatu sistem, selanjutnya disebut sebagai sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat inilah yang bertanggung jawab terhadap aktivitas organ dan memberikan perintah untuk menanggapi semua bentuk rangsangan atau stimulus. Pemahaman dan pengenalan segala sesuatu sangat efektif dilakukan pada masa ini. Pengenalan objek bahasa sampai dengan pengenalan bentuk spiritual memiliki pengaruh yang sangat kuat pada anak.
Koneksi yang terbentuk akan terus berkembang dan meningkatkan kekuatannya. Sedangkan bagian-bagian yang telah membentuk koneksi namun tidak memiliki fungsi atau tidak difungsikan akan mengalami kemunduran yang berakibat pad melemahnya koneksi yang terbentuk.

3. Memaksimalkan Kecerdasan Anak

a. Tahap Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan usianya.
• Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan akan tampak dari kegiatan motorik dan presepsinya yang sederhana.
• Tahap Preoperasional (usia 2-7/8 tahun)
Perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembang konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua yaitu preoperasional dan intuitif.
• Tahap Operasional Konkret (usia 7/8-11 atau 12 tahun)
Anak sudah mulai dapat menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logisdan ditandai adanya reversible dan kekekalan, berfikir logis dan konkret.
• Tahap Operasional Formal (usia 11/12- 18 tahun)
Anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.

b. Fungsi Sensorik dan Motorik

Peningkatan kemampuan fungsi sensorik dan motorik anak seiring dengan pertumbuhan struktural otaknya telah mencapai 80% pada umur 4 tahun. Untuk mendapatkan kemampuan fungsional yang maksimal, anak perlu lebih banyak kontak dengan lingkungan . kurangnya pengalaman serta kontak dengtan lingkun gan akan mengakibatkan berkurangnya fungsi organ kecerdasan. Kondisi kerja suatu organ secara proporsional menghasilkan struktur dan fungsi yang baik. Fasilitas struktur otak yang sudah ada harus terus difungsikan dengan baik. Cara ini menjaddi landasan membuat perlakuan rangsangan (stimulus) pada organ indera anak sebagai dasar untuk melatih kepekaan daya tangkap sensorik pada perubahan lingkungan serta rangsangan yang diterima oleh anak melalui inderanya.

c.Mengoptimalkan Kecerdasan Anak dengan Program PAUD
Sejak lahir, anak secara genetis sesungguhnnya telah memiliki berbagai potensi dasar. Meski begitu, lingkungan di sekitarnya tetap memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian, peningkatan kemampuan kognitif dan motorik, Sejalan dengan hal itu tentu tidaklah berlebihan jika sejumlah pihak menilai pendidikan anak pada usia dini merupakan investasi. Sebab, berdasarkan data Ditjen Pendidikan Non Formal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional, melalui PAUD angka partisipasi anak dalam pendidikan formal dapat ditingkatkan dan angka mengulang serta putus sekolah dapat ditekan jumlahnya. Selain itu, kemampuan anak yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan motorik dapat ditingkatkan secara signifikan sehingga berbagai potensi yang dimiliki anak sejak lahir dapat dikembangkan secara optimal.
Semua itu dapat dilakukan karena dengan program PAUD otak anak dapat berkembang secara maksimal. Menurut Hutenlocher dalam buku Soejatmiko (2006), kualitas otak anak sangat ditentukan oleh banyaknya cabang dendrit [cabang-cabang sel otak] dan kualitas sinaps [hubungan antarcabang sel otak]. Jadi, semakin banyak sinaps, maka semakin kompleks pula kemampuan otak anak. Pembentukan sinaps tersebut dimulai pada masa kehamilan usia 23-25 minggu hingga usia 3 tahun, sementara kepadatan sinaps anak terjadi pada usia 3-8 tahun dan mengalami penurunan kepadatan pada umur 8 - 18 tahun.
Bertolak dari hal di atas, maka jelaslah bahwa pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat strategis bagi upaya optimalisasi perkembangan otak anak (Mustopa. 2009) Hal itu dimungkinkan karena kualitas sinaps yang sangat menentukan kecerdasan anak ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas nutrisi [gizi] yang diberikan oleh orang tua kepada anak, melainkan juga oleh proses stimulasi [rangsangan] yang diperoleh mereka dari lingkungan sekitarnya.

d.Arah Kecerdasan Anak

Semua kecerdasan yang ada pada anak harus dikembangkan dan dioptimalkan, sehingga orang dewasa dapat membimbingnya kepada kecerdasan yang paling menonjol dalam diri anak dengan tidak meneyampingkan kecerdasan-keerdasan yang lain.
4. Memaksimalkan Multiple Intelligence Anak Melalui Alat Indera
• Peraba (kulit) : rangsangan sentuhan merupakan stimulus pertama yang diperoleh seorang anak setelah dilahirkan, pada masa ini berilah rangsangan berupa kasih sayang, perhatian pada anak.
• Mata (penglihatan) : banyak hal yang dapat dipelajari seorang anak melalui penglihatan atau visual, oleh karena itu berikan sesuatu yang dapat menarik perhatian/dapat menjadi pusat perhatian melalui visualnya. Misalnya dengan warna-warna yang cerah, gmabar-gambar yang lucu,dll
• Telinga (Pendengaran) : berikan rangsanan (stimulus )yang dapat memacu kepekaan indra pendengaran anak, missal dengan bunyi-bunyi, dengan lagu klasik, instumen dll.
Selain itu berikan stimulus-stimulus yang dapat memicu semua aspek kecerdasan yang dimiliki oleh anak.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Makalah yang telah disusun oleh saya merupakan program yang sangat membantu para mahasiswa dalam pembahasan tentang Mengoptimalkan Multiple Intelligence Pada Anak Usia Dini, selain itu juga memberikan perbandingan pandangan dengan apa yang telah didapat di lingkungan universitas. Selama satu minggu saya melakukan pencarian materi dari beberapa sumber serta berbagai pengalaman dan pengetahuan baik teori dan lainnya.
Saya berharap semua pengetahuan dan pengalaman yang didapat akan bermanfaat dimasa yang akan datang. Dengan adanya makalah ini pula, penulis dapat lebih berpikir kreatif dan inovatif.


Daftar Pustaka
Unie, Yuni. Mengoptimalkan Multiple Intelligence Anak Pada Usia Dini. http://yunie-guardianangel.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 2 januari 2011.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Izzaty, R.E., dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.