Sabtu, 24 November 2012

Final Softskill SIP

REVIEW JURNAL

PENGARUH PENGENALAN KOMPUTER PADA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK : STUDI KASUS TAMAN BALITA SALMAN AL FARISI
Oleh : Mukhamad Andri Setiawan, Arny Widyastuti, Aulia Nurhuda
Tekhnik Informastika, Universitas Islam Indonesia



Perkembangan tekhnologi semakin merambah ke berbagai bidang. Tekhnologi telah mempengaruhi kehidupan manusia. Di era digital ini, semakin banyak anak-anak yang dapat dengan mudah mengakses computer di rumah atau di sekolah untuk banyak hal, seperti permainan computer, mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan untuk sosialisasi. Subrahmanyam menyatakan dalam risetnya, yang diajukan kepada anak berusia 8 hingga 18 tahun, menanyakan mengenai barang apa yang akan dibawa jika mereka berada di tengah padang pasir. Maka mereka menjawab computer dengan akses internet.

Kepemilikan computer semakin meningkat setiap tahunnya, dan mempengaruhi jumlah anak yang berinteraksi dengannya. Dengan meningkatnya peran computer dalam kehidupan anak-anak maka dibutuhkan perhatian khusus bagaimana efek dari ini semua kepada anak-anak. Waktu yang dibutuhkan oleh anak-anak untuk beriteraksi dengan computer sangat mungkin menggantikan waktu anak-anak yang seharusnya dipergunakan untuk mengembangkan kemampuan dirinya baik dalam aspek kognitif maupun aspek motorik.
Penelitian ini ditujukan kepada orangtua dan pihak-pihak yang berkonpeten untuk memaksimalkan efek positif dan meminimalisirkan efek buruk dari penggunaan tekhnologi computer pada anak-anak.

Penelitian dilakukan pada Taman Balita Salman Al Farisi yang terletak di komplek Pogung Baru, Sleman, Yogyakarta. Subjek penelitian adalah balita, penelitian pada balita dilakukan karena lima tahun pertama merupakan mas emas dari seorang anak sebagaimana dikatakan oleh Freud.

Perkembangan diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu dalam diri individu mulai dari lahir sampai mati. Prinsip perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process). Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan. Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang terhadap perkembangan berikutnya. Keluarga mempunyai arti penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.

Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner tentang pengenalan computer kepada anak-anak yang diberikan kepada orangtua dari anak-anak yang dititipkan di Taman Balita Salman Al Farisi. Dari kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh data bahwa semua anak di Taman Balita Salman Al Farisi telah diperkenalkan computer oleh orang tuanya, baik berupa permainan computer, CD interaktif, dan Multimedia. Untuk mendapatkan data mengenai perkembangan anak, data dari kuesioner orang tua dilengkapi dengan tes perkembangan anak. Dengan demikian diharapkan akan dapat diketahui seberapa jauh perkembangan anak dan hubungannya dengan pengenalan computer.
Alat tes yang dipergunakan untuk menentukan perkembangan anak (KPA). KPA merupakan wujud deteksi dini terhadap perkembangan anak.

Dari tes tumbuh kembang yang diberikan kepada anak diperoleh nilai KPA yang dapat disusun table sebagai berikut :

Anak dengan interaksi computer yang lebih intensif menunjukkan nilai KPA dengan selisih yang cukup tinggi dari nilai standar. Hasil riset institusi The Hospital For Sick Children yang menyampaikan bahwa terdapat asosiasi yang cukup signifikan antara koputer rumah tangga dengan peningkatan kualitas akademik.


Perilaku Penggunaan Internet Pada Kalangan Remaja Di Perkotaan
Astutik Nur Qomariyah
Departemen Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga Surabaya


Jumlah pengguna internet di dunia hingga bulan Maret 2008 mencapai angka 1.407.724.920. ini mengindikasikan bahwa kehadiran internet sebagai media informasi dan komunikasi semakin diterima dan dibutuhkan oleh masyarakat duni. Tak terkecuali di Indonesia, pentingnya penggunaan internet juga makin disadari oleh masyarakatnya dari berbagai kalangan. Internet dapat menembus batas dimensi kehidupan penggunanya, waktu, dan bahkan ruang sehingga internet dapat di akses oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Hanya dengan fasilitas search engine situs pencari informasi pengguna internet dapat menemukan banyak sekali alternative dan pilihan informasi yang diperlukannya dengan mengetikkan kata kunci di form yang disediakan. Namun, di balik kemudahannya tersebut kehadiran internet juga dapat membawa sisi buruk bagi penggunanya. Yang paling nyata dan merusak adalah item-item asusila yang tak bermoral yang dengan mudah dapat diakses di jaringan internet.

Tidak seperti oang dewasa yang pada umumnya sudah mampu memfilter hal-hal baik ataupun buruk dari internet, remaja sebagai salah satu pengguna internet justru sebaliknya. Selain belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat, mereka juga canderung mudah terpengaruh oleh lingkungan social mereka tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu efek positif atau negative yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet tertentu. Dilihat dari perkembangan usianya, remaja tingkat SMP dan SMA merupakan remaja awal yang sedang berada di dalam krisis identitas, cenderung mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba hal-hal baru, mudah terpengaruh dengan teman-teman sebayanya, dan juga mulai suka memperluas hubungan atar pribadi dan berkomnunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, perkembangan internet yang cukup pesat disertai minat yang besar dapat memberikan hasil yang baik maupun buruk bagi mereka tergantung dari aktivitas online yang mereka lakukan sewaktu mereka mengakses internet.

Kini internet sudah diterima dan masuk sekolah-sekolah di Indonesia, tak terkecuali di SMP dan SMA. Salah satu bukti yang tidak terbantahkan adalah adanya materi penggunaan internet pada mata pelajaran Tekhnologi Informasi dan Komunikasi yang harus dipelajari siswa-siswi SMP saat menduduki IX, sehingga membuat pihak sekolah harus memiliki laboratorium computer yang terkoneksi internet sebagai sarana utama penunjang mata pelajaran tersebut.

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan format deskritif survey dengan samapai 196 orang. Lokasi penelitian dilakukan si SMP dan SMA Surabaya, dengan pemilihan lokasi menggunakan multistage random sampling. Dan lokasi yang terpilih dalam penelitian ini adalah SMP dan SMA di kecamatan Genteng Wilayah Surabaya Pusat. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak atau random samling/ probability sampling, dengan tekhnik pengambilan sampel sistematis atau systematic sampling. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah data primer (kuesioner dan tekhnik “probing”), sekunder (data yang diperoleh dari institusi terkait), studi kepustakaan, dan obsevasi. Semua data primer yang terkumpul dalam penelitian ini diolah secara komputerisasi, yakni dengan menggunakan SPSS 16.0 untuk statistic deskriptif. Terdapat tiga hal yang akan dianalisa dalam penelitian ini, yakni berkaitan dengan pengenalan dan penggunaan internet pertama kalinya pada kalangan remaja di perkotaan, intensitas penggunaan internet pada kalangan remaja di perkotaan, dan kepentingan-kepentingan penggunaan internet pada kalangan remaha di perkotaan. Peneliti menganalisa sepenguhnya dengan menggunakan interpretasi teoritik, dimana data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan (kuantitatif maupun kualitatif) dibandingkan atau dikaitkan dengan beberapa teori yang ada, pendapat para ahli, atau temuan dari penelitian sebelumnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengemukakan bahwa dari kelompok usia, sebagian besar responden mengaku pertama kali mengenal dan menggunakan internet pada saat mereka berusia 12 tahun (36,5%). Alasan yang mendorong responden saat pertama kali menggunakan internet ditemukan bahwa mencari bahan atau sumber untuk menyelesaikan tugas sekolah merupakan alasan yang mendominasi responden saat pertama kalinya ingin menggunakan internet (40,6%). Dan diketahui bahwa dari segi sumber pembelajaran saat pertama kali menggunakan internet, sebagian besar responden (46,9%) dalam penelitian ini mengatakan mereka pertama kali mengenal dan belajat berinternet dari teman mereka. Hasil penelian di atas belum mampu menggambarkan kecenderungan sebenarnya tentang gambaran kalangan remaja di perkotaan dalam mengenal dan menggunakan internet pertama kalinya. Maka dari itu peneliti menganalisa lebih lanjut melalui dua buah tabel silang.

Pertama, tabel silang yang menyilangkan temuan usia pertama kali responden menggunakan internet dengan alasan yang mendorong responden saat pertama kali menggunakan internet. Kedua, tabel silang yang menyilangkan temuan sumber pembelajaran pertama kali responden dalam menggunakan internet dengan alasan yang mendorong responden saat pertama kali menggunakan internet.

Dari hasil analisa tabel silang yang menyilangkan temuan usia pertama kali responden menggunakan internet dengan alsan yang mendorong responden saat pertama kali menggunakan internet diketahui bahwa alasan yang memiliki presentase terbanyak bagi responden yang pertama kali menggunakan internet berusia 12 tahun adalah untuk mencari bahan atau sumber untuk menyelesaikan tugas sekolah (37,1%), namu diketahui juga bahwa terdapat sejumlah alasan lain yang sebenarnya lebih mendorong mereka untuk menggunakan internet pertama kalinya. Alasan-alasan ini muncul disebabkan karena pengaruh atau ajakan teman-temannya, seperti: ingin chatting, ingin bermain game online, ingin mengunjungi situs-situs pornografi atau ingin membuat account di salah satu situs social networking karena banyak teman yang memiliki.

Peneliti menyimpulkan bahwa ini ada kaitannya dengan dimana remaja lebih menjadikan teman sebayanya untuk mempelajari segala sesuatu atau hal-hal baru yang sebelumnya tidak ditemui dalam hidupnya, termasuk dengan kecanggihan tekhnologi internet, daripada orang yang lebih tua di sekitarnya (seperti guru, orangtua, atau saudara).
Temuan data yang diperoleh peneliti diketahu bahwa frekuensi internet yang paling sering digunakan responden adalah sebanyak 1-2 kali/minggu dengan jumlah responden yang memilih jawaban tersebut ada 68 orang atau sekitar 70,8%. Lalu untuk lama menggunakan internet tiap kali mengakses yang paling banyak dilakukan responden kali ini adalah > 1 jam s/d <2 jam dengan jumlah responden sebanyak 54,2%. Kalangan remaja di perkotaan menggunakan internet untuk empat dimensi kepentingan, yaitu informasi (information skill), aktivitas kesenangan (pleasure / fun activities), komunikasi (communication), dan transaksi (transactions). Meskipun dari keempat kepentingan penggunaan internet tersebut aktivitas-aktivitas internet yang dilakukan kalangan remaja di perkotaan lebih banyak ditujukkan untuk aktivitas kesenangan daripada untuk kepentingan lainnya, namun aktivitas internet yang paling banyak dilakukan mereka adalah mencari sumber atau bahan terkait dengan tugas atau pelajaran sekolah. KECEMASAN BERKOMPUTER (COMPUTER ANXIETY) DAN KARAKTERISTIK TIPE KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA
Syaiful Ali, Fadila
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada


Menyadari pentingnya penguasaan tekhnologi computer dalam dunia bisnis, para pengajar akuntansi menekankan pentingnya penggunaan computer dan software di sebagian besar mata kuliah akuntansi untuk membekali para mahasiswa sehingga dapat meningkatkan nilai jual mereka di masa depan. Namun ketika tekhnologi computer telah menjadi elemen yang melengkapi dan tidak terpisahkan dari proses pendidikan akuntansi, masih ada mahasiswa yang bereaksi negative mulai dari tanggapan yang pasif hingga penolakan yang sangat keras terhadap penggunaan computer. Mereka yang bereaksi negative tersebut percaya bahwa kelak di dunia kerja mereka dapat menemukan pekerjaan yang tidak dipengaruhi oleh tekhnologi computer. Dalam menghadapi perkembangan baru tekhnologi informasi, seseorang dapat menyikapi kehadiran computer secara berbeda dan tak jarang disikapi dengan penolakan. Penolakan ini mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan sederhana tentang computer atau mungkin juga disebabkan oleh kegelisahan yang mendalam atau ketakutan berlebih terhadap tekhnologi computer yang sering disebut dengan “computerphobia”. Adanya perubahan baru terkadang menimbulkan tekanan (stress). Tekanan yang timbul dapat berupa anxiety namun ada pula yang menghadapinya sebagai tantangan. Kecemasan didefinisikan sebagai perasaan yang kuat berupa ketakutan dan keprihatinan yang tidak berhubungan dengan situasi khusus yang mengancam. Kecemasan berkomputer dapat diartikan sebagai penolakan terhadap perubahan. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa kecemasan berkomputer memiliki dampak negative terhadap penggunaan computer karena kecemasan berkomputer memiliki dampak sejauh itu, maka diperlukan pengetahuan empiris yang valid mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi variabel-variabel ini. untuk menguji pengaruh tipe kepribadian dengan sikap mahasiswa akuntansi terhadap computer, sikap terhadap computer dalam penelitian ini diukur menggunakan Computer Attitude Scale (CAS) dan intrumen baru Computer Usage Business Scale (CUBS).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara tipe kepribadian, jenis kelamin, dan IPK dengan kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi. Karena tekhnologi computer telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum akuntansi, maka penolakan, terhadapnya dapat mengganggu proses pembelajaran. Penelitian ini berusaha memahami apakah fenomena ini berhubungan dengan tipe kepribadian, jenis kelamin dan IPK para mahasiswa. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mengatasi masalah ini sehingga pertumbuhan tekhnologi computer kelak tidak lagi dibayang—bayangi oleh sikap penolakan para mahasiswa akuntansi yang nantinya akan terjun di dunia bisnis yang sangat dipengaruhi oleh tekhnologi informasi berbasis computer.

Penelitian yang menguji hubungan antara kecemasan berkomputer dengan tipe kepribadian menurut teori Jung belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. Penelitian yang berkaitan dengan kecemasan berkomputer terdapat dalam peneltian yang dilakukan oleh Sumiyana mengenai analisis komparasi antara model concern for information privacy dan model internet usre’s information privacy concern dimana mahasiswa jurusan akuntansi juga dijadikan sampel. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecemasan berkomputer mempengaruhi perhatian terhadap masalah penyajian informasi privasi personal dan bahwa kecemasan berkomputer tidak memediasai hubungan perhatian privasi informasi dengan intense keperilakuan.
Penelitian ini menguji beberapa hipotesis. Hipotesis pertama menguji hubungan antara tipe kepribadian dan kecemasan mahasiswa terhadap penggunaan tekhnologi computer.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Landry et al menunjukkan bahwa ditemukannya hubungan yang signifikan pada preferen sensing intuitive dan thinking feeling dengan computerphobia, sehingga hipotesis pertama diajukan sebagai berikut :

H1 : Tingkat kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi akan bervariasi menurut tipe kepribadian mereka.

Hipotesis kedua yang diuji dalam penelitian ini menguji hubungan tingkat kecemasan berkomputer dengan jenis kelamin. Wilde et al, menemukan bahwa pria memiliki reaksi yang lebih positif terhadap computer dibandingkan dengan wanita, dan Hawkins menyatakan bahwa penggunaan computer juga Nampak lebih popular di kalangan pria.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis berikut diuji dalam penelitian ini :

H2 : Tingkat kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi akan bervariasi menurut jenis kelamin mereka.

Ukuran kesuksesan mahasiswa dalam lingkungan akademik ialah IPK. Penelitian sebelumnya oleh Nourayi dan Cherry menguji tipe kepribadian dan kinerja akuntansi menggunakan beberapa variabel, termasuk IPK. Sehingga, kinerja yang sukses dalam tekhnologi computer dapat menjadi fungsi dari IPK.

Satu penjelasan yang mungkin mengenai sikap terhadap computer pada mahasiswa adalah semakin cerdas, seperti yang diukur dengan IPK, maka mahasiswa akan semakin memiliki rasa ingin tahu, sehingga cenderung mencoba hal-hal baru dan menjadi lebih ingin menggunakan computer sebagai wujud kemajuan tekhnologi yang menantang perkembangan intelektual mereka. Untuk itu, hipotesis berikut diuji dalam penelitian ini.

H3 : Tingkat kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi akan bervariasi menurut IPK mereka.

Penelitian ini dilakuka di Fakulta Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa akuntansi yang masih menjalani masa studi di FEB UGM Yogyakarta. Pengambilan sampel dari populasi yang ada dilakukan secara convenience sampling, dengan menggunakan tingkat kesalahn 5% dari daftar pengambilan sampel yang dianggap representative.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan survey lapangan. Data dikumpulkan dengan cara melakukan penyebaran kuesioner secara langsung ke responden yang menjadi sampel penelitian.

Untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrument, menggunakan pengujian koefisien korelasi Pearson dan koefisien Cronbach Alpha. Metode statistic yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama menggunakan uji T sampel independen karena ingin membandingkan rata-rata dari dua kelompok yang independen satu dengan yang lain, sedangkan untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga menggunakan pengujian kai kuadrat karena ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel berskala nominal. Pengujian statistic dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi 15.0 for windows.

Kuesioner disebarkan secara langsung kepada mahasiswa jurusan akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sebagai responden.
Hasil pengujian validitas item-item pertanyaan dalam instruman CARS dan MBTI menunjukkan nilai korelasi antara skor tiap item dengan skor keseluruhan lebih besar dari 0,3 maka dapat dikatakan bahwa semua item pertanyaan dalam instrument yang digunakan adalah valid.

Sedangkan untuk pengujian reliabilitas instrument menggunakan koefisien cronbach alpha dimana suatu instrument dikatakan reliable apabila memiliki koefisien cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Pengujian reliabilitas instrument CARS menunjukkan koefisien sebesar 0,795 dan pengujian instrument MBTI menunjukkan nilai cronbach alpha sebesar 0,714 untuk skala extravert-introvert, 0,629 untuk skala sensing-intuitive , 0,740 untuk skala thinking – feeling dan 0,712 untuk skala judging – perceiving, sehingga dapat dikatakan instrument yang digunakan merupakan istrumen yang reliable.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Landry et al, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian pada dimensi sensing – intuitive dan thinking feeling terhadap reaksi mahasiswa akuntansi pada tekhnologi kpmputer.

Penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena kecemasan berkomputer terjadi di kalangan mahasiswa, akuntansi konsisten dengan pernyataan Rosen dan Weil. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak kampus mungkin perlu mempertimbangkan untuk menambah mata kuliah yang berhubungan dengan sistem informasi berbasis computer yang sifatnya wajin di samping melengkapi sarana tekhnologi computer di lingkungan kampus serta mengadakan pelatihan-pelatihan computer yang bertujuan untuk membuat mahasiswa lebih mengenal tekhnologi computer sehingga diharapkan terjadi penurunan tingkat kecemasan berkomputer seiring dengan semakin berkembangnya tekhnologi.

Dengan mengetahui hubungan antara cognitive style, dengan kecemasan berkomputer pada mahasiswa, dari sudut pandang pengajar, mungkin dapat dirancang suatu sistem pengintegrasian computer ke dalam prosws pembelajaran dengan disesuaikan dengan cognitive style para mahasiswa.


PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS MAYA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA DEWASA AWAL
Ida Ayu Putu Sri Andini
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma


Perkembangan tekhnologi computer telah memberikan banyak kemudahan di dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Salah satu bentuk dari kecanggihan tekhnologi computer pada bidang komunikasi adalah internet. Melalui internet, pengguna jasa internet dapat dengan mudah memperoleh informasi seperti layanan menjelajah, surat elektronik, ruang mengobrol, iklan dan berbagai situs menarik lainnya.

Layanan internet sangat menarik minat masyarakat luas terutama di kota besar karena banyak menyediakan berbagai informasi baik di bidang pendidikan maupun di dunia kerja, internet sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari evolusi sosialisasi manusia. Fasilitas internet ini bersaing secara ketat untuk memberikan atau menampilkan adalah seks maya hadir dalam berbagai bentuk seperti situs-situs porno, ruang mengobrol yang memuat obrolan erotis, kamera situs sebagai layanan interaktif seksual dan sebagainya.

Secara umum perbedaan sikap pria dan wanita terhadap seks maya dipengaruhi oleh faktor biologis dan psikologis. Bila dilihat dari faktor biologis perubahan hormonal pada pria yakni dengan meningkatnya hormone testosterone dapat membangkitkan minat yang tinggi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seksual. Berbeda dengan wanita, bila hormone estrogen meningkat hal tersebut tidak memberikan dampak yang berarti. Selain itu secara psikis pria umumnya lebih agresif, sangat aktif, sangat berterus terang dan tidak agresif, pasif, merasa tidak bebas untuk membicarakn masalah seks. Berdasarkan hal-hal tersebut maka tujuan dari penelitian in adalah untuk menguji perbedaan sikap terhadap seksnya maya berdasarkan jenis kelamin pada dewasa awal.
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap terhadap seks maya (Y) dan variabel bebasnya adalah jenis kelamin. Sikap terhadap seks maya adalah evaluasi terhadap media layanan internet yang berisi material seksual sebagai suatu sarana ekspoerimen dan eksplorasi hasrat seksual serta aktivitas seksual berupa ekspresi perasan yang mendukung maupun tidak mendukung, senang maupun tidak senang, positif atau negative, setuju maupun tidak setuju terhadap layanan tersebut. Untuk mengukur sikap terhadap seks maya maka digunakan skala likert yang akan diukur melalui komponen sikap yang dikemukakan oleh Mann yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif.

Jenis kelamin adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan pria dan wanita yang dilihat dari sudut anatomi atau biologis. Hal tersebut akan diungkap melalui lembar identitas subjek pada pengisian kuesioner.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukkan komponen seks maya seperti gambar porno. Teks erotic, mengobrol panas, dan kamera video atau kamera situs kepada responden.

Kuesioner disebar kepada 30 orang responden, yang terdiri dari 15 orang pria dan 15 orang wanita yang tergolong pada usia dewasa awal usia 18 hingga 28 tahun. Pada skala sikap terhadap seks maya terdiri dari 60 item yang diujicobakan dan terdapat 8 item dinyatakan gugur. Dasar pengukuran item valid jika taraf signifikan 0,3. Item yang valid berjumlah 52 item dan memilki koefisiensi validitas bergerak antara 0,3484 sampai dengan 0,8323. Uji koefisien reliabilitas sebesar 0,9626. Kuesioner yang sudah valid dan reliable ke sejumlah 100 orang responden, yang terdiri dari 50 orang pria dan 50 orang wanita.

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata sikap pria dan wanita diketahui bahwa baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negative terhadap keempat komponen seks maya. Hal tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh keinginan social, yaitu berisi hal-hal yang akan disetujui oleh responden semata-mata karena isinya menggambarkan sesuatu yang dianggap sudah semestinya berlaku dalam masyarakat social atau sesuatu yang baik, benar, dan diterima menurut norma masyarakat. Selain hal-hal yang sudah dijelaskan, keagamaan juga memegang peranan yang penting di dalam menentukan sikap terhadap seks maya.


Pengaruh Loneliness Terhadap Internet Addiction Pada Individu Dewasa Awal Pengguna Internet
Josetta M.R Tuapattinaja, Nina Rahayu
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara


Individu dalam tahapan dewasa awal dengan tugas perkembangan membentuk hubungan intim dengan orang lain, maka kebutuhan akan intimasi merupakan unsure pokok dalam kepuasan suatu hubungan. Menurut Erikson, keintiman merupakan salah satu krisis dalam hidup, yaitu intimacy versus isolation, yang dikembangkan pada usia dewasa awal. Apabila individu dewasa awal dapat membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan dekat yang intim dengan individu lain, maka intimasi akan tercapai, namun jika individu tidak berhasil mengembangkan intimasinya, maka individu tersebut akan mengalami isolasi dan merasakan loneliness.

Loneliness diartikan oleh Peplau & Perlman sebagai perasaan dirugikan dan tidak terpuaskan yang dihasilkan dari kesenjangan antara hubungan social yang diinginkan dan hubungan social yang dimiliki. Tiga elemen dari definisi loneliness yaitu pengalaman subyektif, tidak adanya hubungan tertentu yang diharapkan individu tersebut, dan individu yang mengalami loneliness menunjukkan beberapa reaksi untuk menghadapi loneliness yang dialaminya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi loneliness adalah usia, status perkawinan, gender, status social ekonomi, karakteristik latar belakang lainnya.
Saat ini internet dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet telah memungkinkan dihubungkannya computer-komputer di belahan dunia tertentu dengan computer-komputer lain di belahan dunia yang lain. Hal ini memungkinkan pula dihubungkannya individu yang satu dengan yang lain dari berbagai belahan dunia. Internet telah memberikan kesempatan yang lebih luas sehingga orang-orang dapat saling berkenalan dan mengembangkan hubungan melalui layanan hubungan secara online, email, chat room, dan news group. Penggunaan internet sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet addiction oleh Young diungkapkan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat tidak online di internet.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka terdapat hubungan positif antara loneliness dan internet addiction pada penggunaan internet. Peneliti ingin meneliti sejauh mana pengaruh loneliness terhadap internet addiction pada individu dewasa awal pengguna internet.

Variabel bebas yaitu loneliness, dan variabel tergantung internet addiction. Subjek penelitian adalah individu dewasa awal berusia 18 tahun ke atas, mengalami loneliness, memiliki kecenderungan mengalami internet addiction, dan telah menggunakan internet lebih dari 12 bulan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengambilan data dengan skala atau disebut dengan metode skala yang terdiri dari skala loneliness dan skala internet addiction. Metode analisis data menggunakan tekhnik analisis linear dengan persamaan y = a + bX, dan pengolahan data dilakukan dengan menganalisa menggunakan bantuan program SPSS for windows 15.0 version.

Masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi internet addiction pada penggunaan internet, Graham mengungkapkan bahwa internet addiction dipengaruhi oleh faktor genetic, biologis, pengaruh keluarga, pengaruh budaya, dan pengaruh social.

Terdapat pengaruh positif loneliness terhadap internet addiction pada pengguna internet. Artinya semakin tinggi loneliness yang dirasakan pengguna internet maka semakin tinggi internet addiction yang dirasakan (dan sebaliknya). Sumbangan efektif variabel loneliness terhadap variabel internet addiction adalah 12,8 % artinya loneliness memberikan pengaruh sebesar 12,8 % terhadap internet addiction, sedangkan 87,2 % disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

berdasarkan data hipotetik, skor total variabel loneliness dibagi atas tiga kategori yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Secara umum, loneliness yang dialami oleh subjek penelitian tergolong sedang. Tidak ada perbedaan loneliness pada pengguna internet ditinjau dari usia. Namun dengan membandingkan mean data dari subjek penelitian ini diperoleh bahwa mean loneliness tertinggi dialami oleh subjek yang berada pada rentang usia 34-38 tahun dan paling rendah pada rentang usia 29-33 tahun.

Minggu, 04 November 2012

DESIGN SIP

SISTEM PAKAR

Sistem pakar secara umum adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke computer, agar computer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Atau dengan kata lain sistem pakar adalah sistem yang di desain dan di implementasikan dengan bantuan bahasa pemrograman tertentu untuk dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan oleh para ahli. Sistem pakar merupakan program computer yang meniru proses pemikiran dan pengetahuan pakar dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu. Implementasi sistem pakar banyak digunakan dalam bidang psikologi karena sistem pakar dipandang sebagai cara penyimpanan pengetahuan pakar pada bidang tertentu dalam program computer sehingga keputusan dapat diberikan dalam melakukan penalaran secara cerdas. Irisan antara psikologi dan sistem pakar melahirkan sebuah area yang dikenal dengan nama cognitive & psycolonguistics. Umumnya pengetahuan diambil dari seorang manusia yang pakar dalam domain tersebut dan sistem pakar itu berusaha meniru metodelogi dan kinerjanya (performance).

Salah satu implementasi yang diterapkan sistem pakar dalam bidang psikologi, yaitu untuk sistem pakar menentukan jenis gangguan.

Suatu sistem dikatakan sistem pakar apabila memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Terbatas pada domain keahlian tertentu
2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak pasti
3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan-alasan yang diberikannya dengancara yang dapat dipahami
4. Berdasarkan pada kaidah atau rule tertentu
5. Dirancang untuk dikembangkan secara bertahap
6. Keluarannya atau output bersifat anjuran

Manfaat yang dapat diperoleh dengan mengembangkan sistem pakar, antara lain :

1. Masyarakat awam non pakar dapat memanfaatkan keahlian di dalam bidang tertentu tanpa kesadaran langsung seorang pakar
2. Meningkatkan produktivitas kerja, yaitu bertambahnya efisiensi pekerjaan tertentu serta hasil solusi kerja
3. Penghematan waktu dalam menyelesaikan masalah yang kompleks
4. Memberikan penyederhanaan solusi untuk kasus-kasus yang kompleks dan berulang-ulang
5. Pengetahuan dari seorang pakar dapat dikombinasikan tanpa ada batas waktu
6. Memungkinkan penggabungan berbagai bidang pengetahuan dari berbagai pakar untuk dikombinasikan

Kelemahan pengembangan sistem pakar, yaitu :

1. Daya kerja dan produktivitas manusia menjadi berkurang karena semuanya dilakukan secara otomatis oleh sistem
2. Pengembangan perangkat lunak sistem pakar lebih sulit dibandingkan dengan perangkat lunak konvensional






ANXIETY DISORDER

Kecemasan merupakan suatu perasaan takut dan khawatir yang tidak menyenangkan. Kondisi emosional ini dapat terjadi dalam banyak psikopatologi dan merupakan aspek utama dalam berbagai gangguan. Kecemasan juga memiliki peran penting dalam studi psikologi orang-orang normal karena sangat sedikit di antara kita yang menjalani kehidupan, walaupun hanya seminggu tanpa mengalami semacam emosi yang kita sepakati bersama sebagai kecemasan atau ketakutan. Namun periode kecemasan singkat yang menyerang individu normal hamper tidak dapat dibandingkan dengan intensitas atau durasi, juga tidak sama melemahkannya, dengan kecemasan yang diderita oleh seseorang yang mengalami gangguan anxietas.

Gangguan anxietas didiagnosis jika secara jelas terdapat perasaan cemas yang dialami secara subjektif. DSM IV TR mengajukan enam kategori utama : fobia, gangguan panic, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pascatrauma, dan gangguan stress akut. Terkadang seseorang yang menderita satu gangguan anxietas juga memenuhi criteria diagnostic gangguan lain, sebuah situasi yang disebut komorbiditas. Komorbiditas dalam gangguan anxietas terjadi karena dua hal :

1. Simtom berbagai gangguan anxietas tidak seluruhnya spesifik bagi gangguan tertentu.
2. Faktor-faktor etiologis yang memicu timbulnya berbagai gangguan anxietas mungkin dapat diterapkan bagi lebih dari satu gangguan.

Berikut enam kategori utama gangguan anxietas :

1. FOBIA

Fobia merupakan ketakutan dan penolakan terhadap objek atau situasi yang tidak mengandung bahaya yang sesungguhnya. Istilah fobia biasanya berarti bahwa seseorang mengalami distress yang parah dan hendaya social atau pekerjaan karena kecemasan tersebut.

Fobia Spesifik

Merupakan ketakutan yang beralasan yang disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau situasi spesifik

Fobia Sosial

Merupakan ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya berkaitan dengan keberadaan orang lain. Individu yang menderita fobia social biasanya mencoba menghindari situasi dimana ia mungkin dinilai dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau berperilaku secara memalukan.

2. GANGGUAN PANIK

Dalam gangguan panic seseorang mengalami serangan mendadak dan sering kali tidak dapat dijelaskan dalam bentuk serangkaian simtom yang tidak mengenakkan, ex. Kesulita bernafas, jantung berdebar, mual, nyeri dada, merasa seperti tersedak, dan tercekik

3. GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH

Individu yang menderita gangguan anxietas menyeluruh terus menerus merasa cemas, sering kali tentang hal-hal kecil. Sebagian besar di antara kita dari waktu ke waktu memiliki kekhawatiran. Namun, pasien yang menderita GAD memiliki kekhawatiran kronis. Mereka mengabiskan sangat banyak waktu untuk mengkhawatirkan banyak hal dan menganggap kekhawatiran mereka sebagai sesuatu yang tidak dapat dikontrol.

4. GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

Suatu gangguan anxietas dimana pikiran dipenuhi dengan pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipakasa untuk terus menerus mengulang tindakan tertentu, menyebabkan distress yang signifikan dan mengganggu keberfungsian sehari-hari.

Etiologi Anxiety Disorder

Berbagai kemungkinan penyebab fobia juga dikemukakan oleh para pendukung paradigm psikoanalisis, behavioral, kognitif, dan biologis.

Terapi Anxiety Disorder

Pada pendekatan psikoanalisis menggunakan asosiasi bebas, analis mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang disebutkan pasien terkait dengan setiap rujukan mengenai fobia. Analis juga berupaya menemukan berbagai petunjuk terhadap penyebab fobia yang ditekan dalam isi mimpi yang tampak jelas.

Pendekatan Behavioral menggunakan desentisasi sistematik, individu yang menderita fobia membayangkan serangkaian situasi yang semakin menakutkan sementara berada dalam kondisi relaksasi mendalam. Kemudian, ada yang menggunakan tekhnik flooding, rasa tidak nyaman ekstrem menjadi bagian tak terhindarkan dalam prosedur ini sehingga belum lama ini cenderung menahan terapis untuk menggunakan teknik ini, kecuali mungkin sebagai jalan terakhir bila pemaparan secara bertingkat tidak membuahkan hasil.

Pada pendekatan biologis, obat-obatan yang mengurangi kecemasan disebut sebagai sedative, tranquilizer, atau anxiolytic. Barbiturate adalah katgori obat-obatan utama yang pertama kali digunakan untuk menangani gangguan anxietas, namun kategori obat-obatan tersebut menyebabkan ketergantungan yang tinggi dan beresiko mematikan bila overdosis.

Referensi :

1. Rohman, F.F., Fauziah, A. (2008). Rancangan Bangun Aplikasi Sistem Pakar Untuk Menentukan Jenis Gangguan Perkembangan Pada Anak. Jurnal Mediia Informatika, vol 6 no 1.

2. Davison, G.C., Nelae, J.M., Kring, A.M. (2006). Psikologi Abnormal. Edisi ke-9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

3. Semium, Y. (2006). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius

4. Hymann, B.M., Pedric, C. (2011). Obsessive Compulsive Disorder. USA: Twenty First Century Books

5. Menzies, R.G., Siva, P.D. (2003). Obsessive Compulsive Disorder “Theory, Research, And Treatment”. USA: Wiley

6. Supratiknya. (____). Mengenal Perilaku Abnormal. Jogja: Kanisius

7. DiTomasso, R.A., Gosch, E.A. (2002). Anxiety Disorders: A Practitioners Guide To Comparative Treatments. USA: Berryville Graphics

8. Simpson, H.B., Neria, Y., Fernandez, R.L., Scheiner, F. (2010). Anxiety Disorders. USA: Cambridge University Press

9. http://informatika-unkris.ac.id/img/buku/sistem-pakar-5.pdf

10. http://tmm999.blogspot.com/2012/06/pengantar-sistem-pakar.html