Jumat, 01 Oktober 2010

kembalilah

KEMBALILAH . .
“Lia aku sayang sama kamu, tolong terima aku lagi. Aku sangat menyesal telah menyakitimu begitu saja. Tolong kasih aku kesempatan untuk kedua kalinya supaya aku bisa membuktikan betapa sayangnya aku padamu dan aku janji kalau aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama seperti kemaren yang telah aku lakukan. Kalau dibilang aku bodoh, yaa aku memang bodoh, aku telah menyia-nyiakan orang seperti kamu. Hanya kamu yang bisa mengerti aku, kamu orang yang sangat baik. Kamu lebih milih untuk tetap mempertahankan aku walau di luar sana banyak yang menginginkan dirimu tapi kamu tetap setia untuk terus bersamaku padahal aku sudah benar – benar menyakitimu. Aku gatau harus berbuat apa lagi selain untuk terus memohon padamu supaya kamu mau memaafkan dan menerima aku lagi seperti dulu” Doni menatap Lia dengan penuh harap saat mereka sedang dinner di suatu tempat yang cukup ramai sampai orang – orang disekitar memperhatikan mereka berdua. Lia hanya bisa terdiam menunduk, dia tidak sanggup untuk menatap Doni yang merupakan cinta pertama Lia. Lia sangat sayang pada Doni walaupun ia selalu menyakiti hati Lia dengan segala jurus ampuhnya untuk menaklukan banyak cewek yang ia inginkan tapi Lia tetap bertahan dalam menghadapi segala perbuatan Doni. Lia dan Doni merupakan teman dari kecil dan mereka mulai merasakan perasaan yang berbeda sejak kelas 2 sma. Doni cinta pertama Lia dan begitu pula sebaliknya tapi keadaan merubah segalanya sejak mereka mulai memasuki bangku kuliah, mereka kuliah di tempat berbeda dan hubungan mereka menjadi long distance karena Doni harus melanjutkan kuliah di Amerika sedangkan Lia berada di Indonesia. Doni mulai terpengaruh oleh gaya hidup di Amerika yang terlalu bebas dan disana Doni banyak di kagumi oleh perempuan – perempuan cantik yang selalu menggodanya setiap bertemu di kampus, Doni pun menanggapi semua perempuan - perempuan cantik itu. Hubungan dia sewaktu itu masih taken dengan Lia, Doni selalu menceritakan apa pun yang dia alami selama disana walau secara gak langsung itu menyakitkan Lia tapi ia dengan sabar mendengarkan semua cerita – cerita cinta Doni dengan banyak cewek disana. Sampai pada suatu saat, akhirnya Doni memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Lia via telephone . Lia yang tidak menginginkan hal itu trus mencoba menghubungi Doni sampai batas kesabarannya habis akhirnya Lia mulai merelakan Doni. Berusaha keras ia melupakan cinta pertamanya itu sampai terlalu banyak cowok ia tolak yang ingin menggantikan posisi Doni di hatinya. Lia membangun kembali sedikit demi sedikit patahan – patahan hati yang telah dilakukan Doni dan ingin membuka kembali pintu hatinya yang telah lama ia tutup untuk cowok – cowok selain Doni.
“yaudah ga usah terlalu dipikirin” Doni menyruput segelas minumannya untuk menenangkan suasana “kita pulang aja sekarang udah malem, aku gamau ibu kamu khawatir”
Lia tetap terdiam dan mulai beranjak dari kursinya. Dalam perjalanan pulang suasana terlihat dingin diantara mereka.
“aku kangen suasana malam Jakarta apalagi saat sedang bersama kamu. Sulit rasanya untuk melepaskan semua kenangan – kenangan kita” Doni terus berjalan menatap ke depan
“aku gamau pulang” Lia menghentikan langkahnya “bawa aku ke suatu tempat yang membuat aku tenang”
“tapi sekarang udah malam, aku takut ibu kamu khawatir, lain kali aku akan ajak kamu ke suatu tempat yang menyenangkan”
“ngga mau aku pengen sekarang !!” paksa Lia
Doni langsung berhenti dan menatap Lia “hufh, kamu ini masih tetap keras kepala” ia menarik tangan Lia dan membawanya ke suatu tempat. Doni dan Lia berbaring di suatu tempat yang begitu tenang ditemani oleh rerumputan dan pohon – pohon yang mengelilingi mereka di tempat itu.
“indah khan tempat ini ? Liat itu bintang – bintang bertaburan di atas sana” Doni membuka percakapan, sedangkan Lia hanya dapat memandang ke atas dan tidak terlalu memperdulikan apa yang dikatakan Doni.
“ngga menyangka bisa bertemu kamu lagi di saat yang seperti ini. kamu sebelumnya kenapa ngga bilang dulu ke aku kalo kamu mu pulang ke Indo? Hufh biarlah, kamu ngga usah jawab pertanyaan itu” Lia terus menatap ke langit “aku ngga mengerti bagaimana kamu sekarang ini, aku berusaha keras untuk melupakanmu, itu rasanya sangat ngga mudah bagiku. Aku berjuang untuk mengembalikan semua kepingan – kepingan hati yang telah patah karena dirimu sampai sekarang akhirnya aku bisa mengembalikan itu semua tapi tiba – tiba kamu datang dengan keadaan yang seperti ini setelah aku berusaha keras untuk melupakanmu. Aku gatau apa maksud semua ini, aku benar – benar ngga mengerti kamu yang sekarang ini. Dulu aku berharap setelah kamu lulus dari universitas kamu dapat kembali ke Indo dengan menjadi dirimu sendiri yang seperti dulu yang pernah aku kenal tapi ternyata aku salah, kamu belom lulus saja kamu sudah benar – benar berbeda, aku ngga kenal dirimu yang sekarang ini. aku ngga tau harus berkata apa lagi. Ada satu hal yang ingin aku tanyakan dari dulu kepadamu, waktu itu kamu kenapa memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita dengan cara yang tiba – tiba seperti itu ? apa benar kamu lebih memilih cewek – cewek sana yang selalu menggoda kamu setiap saat itu ? aku ngga yakin itu alasannya” Lia mengungkapkan kekesalannya
“ehmm maaf, aku ngga bermaksud seperti itu” jawab Doni singkat
“ya udah lupakan saja. Aku ngga mau kita berantem di saat seperti ini. aku senang kamu kembali ke Indo dan bertemu denganku” balas Lia tenang
Doni bangun langsung menatap Lia begitu dalam “aku kangen sama kamu”
Hha ?
Di bawah langit malam yang cukup cerah dua sejoli itu bercanda – canda sambil melepas semua rasa kangen diantara mereka.
“sayang kamu kemaren gimana ketemu Doni ?” tanya Alan
“hmm ada topik selain itu ?” cuek Lia “aku ada urusan sama dosen pembimbing. Tolong berhenti disini”
“kamu pulang jam berapa ? ntar aku jemput sekalian kita lunch bareng”
“gatau. aku bisa pulang sendiri” Lia dengan cepat meninggalkan mobil Alan
“huuh itu anak kenapa sih, bentar baik eh dalam sekejap bisa jadi marah, heuh nyebelin” Alan ngedumel sendiri
“hahahaa oya ? kok bisa gitu ? trus trus gimana ceritain lagi” Lia tidak mau lunch dengan Alan tapi dia memilih untuk lunch bareng Doni. Mereka terlihat semakin akrab setelah perpisahan yang cukup lama, mereka berdua berbincang – bincang sangat lama menceritakan semua pengalaman yang mereka alami selama berpisah
“kamu kemaren beres dari kampus kemana ?” tanya Alan dalam perjalanan menuju kampus
“kemaren beres dari kampus aku pergi bareng Doni. Aku kangen sama dia, dia Cuma sebentar disini setelah itu langsung balik lagi ke Amerika” jujur Lia “izinkan aku untuk bisa bersama dia sebelum dia kembali ke Amerika lagi”
Alan tidak menanggapi apa yang dikatakan Lia, dia hanya fokus menyetir mobilnya.
“kamu kenapa ? marah ?” Lia menengok ke arah wajah Alan yang terlihat cuek menanggapi dirinya “maafkan aku. Aku gatau kenapa jadi seperti ini, aku gatau kenapa bisa sebodoh ini tapi aku gatau harus berbuat apalagi lan, aku kangen sama dia”
“yaudah silahkan kalo ini yang kamu mau. Aku seperti ini bukannya aku ngga peduli sama apa yang akan kamu lakukan tapi aku juga ngga tau harus berbuat apa, aku ngga mau mengganggu hubungan kalian yang sudah kalian jalin begitu lama. Silahkan kalo kamu masih ingin terus bertemu dengannya sebelum dia kembali ke Amerika. Temuilah dia sepuas hatimu, aku gapapa kok jangan terlalu mempermasalahkan aku, lagian aku masih banyak tugas kuliah yang harus aku selesaikan” jawab Alan dengan senyum tulus lalu dibalas oleh senyuman manis Lia “eehhh, asal kamu ingat aja, ini bukan berarti kamu pacaran dengan aku bisa sebebas itu, aku mengizinkan kamu untuk tidak apa bertemu dengan Doni karena aku tau kamu dan Doni udah berteman sangat lama maka dari itu aku gamau ngerusak hubungan kalian yang sudah cukup lama itu”
Lia menatap Alan dan mencium pipi kiri Alan “makasih sayang”
“heii enak banget kamu cium aku pas aku lagi nyetir, huh dasar kalo aku jadi ngga konsen gimana ?” goda Alan
“hahahaha biarin aja” Lia tertawa bahagia
Selama 2 minggu terakhir ini Lia dan Doni selalu menghabiskan waktu bersama dan selama itu pula Doni tidak mengetahui kalo Lia sudah memiliki kekasih. Lia tidak memberitahu hal itu karena selama 2 minggu mereka bersama, Doni tidak pernah menanyakan hal itu, mereka bersama selalu membicarakan masalah kehidupan diantara mereka masing – masing setelah cukup lama berpisah. Doni selama itu tidak pernah membahas masalah percintaan dan itu mendapat tanggapan positif dari Lia karena kalo membahas masalah itu ia bingung harus gimana mengatakan keadaan yang sebenarnya.
“Sabtu depan aku akan kembali ke Amerika” Doni membuka percakapan “iya aku ingin hari jumat malamnya kita ke tempat waktu pertama kali kita bertemu lagi. Apa kamu bisa ?”
“ehmm aku usahain” jawab Lia singkat “malam ini aku masih banyak tugas kuliah yang harus aku selesaikan”
“iya kalo gitu aku temenin kamu buat tugas ya ?”
“ngga usah lebih baik kamu pulang aja dan istirahat” Lia langsung menutup pintu rumahnya dan membiarkan Doni begitu saja
“heu kenapa sih ni orang tiba – tiba jadi aneh begitu ?” kesal Doni
“Aduh apa yang telah aku lakukan ? kenapa tiba – tiba aku seperti ini ?” di kamar Lia mengacak – ngacak rambutnya “kenapa aku orangnya seperti ini, gampang emosi banget padahal khan dia ngga buat masalah, huufh” Lia merebahkan badannya
“Lan, sabtu depan Doni mau balik ke Amerika trus jumat malemnya dia ngajak aku ke taman waktu itu” bahas Lia saat perjalanan ke kampus
“trus ?” tanya Alan
“ehmm ya aku gatau harus gimana, aku bingung” tambah Lia
“kok kamu malah bingung sih, ya itu khan pertemuan terakhir kalian sebelum dia balik ke Amerika lagi jadi kenapa kamu bingung ? kamu tuh aneh juga ya”
“ehmm kamu ngga marah ? aku bener – bener ngga enak sama kamu, aku tuh ngerasa uda nyakitin kamu banget. Dari kemaren aku trus sama Doni dan aku ngebiarin kamu gitu aja. Aku ngerasa mulai dari Doni balik ke Indo, aku tuh ke kamu kalo lagi butuh aja dan selebihnya aku ngabisin waktu bareng Doni. Tapi kenapa sampai sekarang kamu adem – adem aja ngga pernah ngambek sama aku padahal kalo aku pikir – pikir aku tuh jahat banget sama kamu tau tapi kamu tetep sabar ngadepin aku gini, maafin aku ya sayang”
“ya trus mau kamu apa ? aku harus marah gitu ke kamu ? aduh males banget deh ngabisin tenaga ma pikiran aja kalo gitu mah. Khan waktu itu aku udah bilang ma kamu, kalo aku itu percaya ma kamu lagian kamu khan pergi sama sahabat kamu bukan ama siapa – siapa ya jadi aku ngga masalah, asal kamu jaga kepercayaan aku aja”
“hah ??” Lia terkejut dan ia baru ingat kalo Alan selama ini blom tau kalo Doni itu bukan hanya sahabatnya saja tetapi mantannya juga
“kamu kaget kenapa ?” tanya Alan bingung
Lia menjadi salah tingkah sambil memikirkan apa yang harus ia katakan “eehhhmmmmm kamu lupa ya kalo Doni itu bukan cuma sahabat aku aja tapi dia juga mantan aku lan” jawab Lia grogi
“heuu !!!” Doni yang sedang nyetir langsung ngerem mendadak dan untungnya jalan sedang lengang dari kendaraan
“aduuuhh, ya ampun lan” Lia ketakutan
“tadi kamu bilang apa ?” tanya Alan yang menatap Lia dengan sorotan tajam
“ehm yang mana ya ?” balas tanya Lia yang pura – pura tidak ngeh apa yang di tanyakan Alan
“yang tadi itu, kamu kenapa ? kamu pernah pacaran sama Doni ? kamu kenapa ngga pernah bilang ? kamu kenapa selalu cerita tentang persahabatan kalian aja sedangkan yang masalah pacaran kamu tidak pernah bercerita sekalipun ?” tanya Alan panjang lebar
“emangnya iya ya aku ngga pernah bilang ke kamu kalo aku pernah pacaran sama dia ? seinget aku, aku pernah cerita ke kamu ah. Ayooo kamu aja kalik yang lupa” Lia ngeles biar ngga kena marah pacarnya itu
“ah aku tau kamu bohong. Udah lah bentar lagi aku masuk, kamu pergi aja sana ke kelas” Alan melenggang pergi dan membiarkan Lia sendiri di parkiran
“Alaaaann . . .” teriak Lia
Aduh bodoh banget ya aku, sekarang aku harus gimana Alan marah sama aku. Dasaaaarr !! gimana ya caranya minta maaf ke dia, dia mau maafin ngga ya kira – kira. Heuu, eh kalo di pikir lagi tadi khan dia bilang percaya sama aku tapi kenapa pas aku bilang Doni itu mantan aku dia jadi langsung marah katanya percaya sama aku, hhu dasar aneh tuh orang, Tau ahh !! aku ngga bakal minta maaf ke dia biar dia aja yang minta maaf udah ninggalin aku di parkiran, apa salah aku, orang aku cuma ngomong kayak gitu dia langsung marah , bodo amat lah. Lia mendumel dalam hati
“malam ini tetap secerah malam yang waktu itu ya, kita beruntung kalo gitu” ucap Doni sambil merebahkan badannya di rerumputan yang hijau
“3 minggu disini cukup menyenangkan buat aku bisa bertemu dengan kamu. Aku ngga tau gimana caranya aku mengucapkan rasa terima kasihku sama kamu. Aku senang sekali kamu masih tetap mau ketemu, main dan pergi bareng aku. Terima kasih banyak ya Lia, aku pasti kangen banget sama kamu. Suasana disana dan disini benar – benar berbeda. Liburan musim panas kali ini sangat menyenangkan” curhat Doni
Lia diam seribu bahasa.
“Lia” Doni menggenggam tangan Lia “kamu tau ngga, sebelum aku kembali kesana aku pengen kamu tau kalo aku masih mengharapkan kamu kembali padaku walaupun kita terpisah jarak tapi aku pengen tetap trus bersamamu. Aku berjanji dalam hatiku kalo aku tidak akan mengulangi kesalahan seperti kemaren, aku ingin kita mulai dengan sesuatu yang baru” Doni menaruh tangan Lia di dadanya “apa kamu bisa kembali padaku Lia ?”
Lia tetap terdiam
“aku punya sesuatu untuk kamu” Doni mengeluarkan kotak kecil dari saku celananya “ini untuk kamu” Doni membuka kotak itu “aku ingin kamu memakainya dan aku berharap kamu akan tetap ingat aku” Doni memakaikan kalung yang sangat indah itu ke leher Lia yang kuning langsat “kamu cantik sekali memakai kalung ini, selalu pakai tiap saat ya” Doni mengecup kening Lia
Lagi – lagi Lia hanya tetap diam seribu bahasa
“Lia tolong jawab, jangan diam seperti ini karena ini sungguh menggangguku” pinta Doni
Lia menatap Doni cukup lama dan Lia langsung memeluk Doni sangat erat “aku pasti selalu ingat sama kamu. Aku pasti kangen banget sama kamu Don. Aku blom siap kamu tinggal pergi lagi” Lia menitihkan air mata
“maaf” begitu kata Doni
Lia melepaskan pelukan dan mengusap air mata yang membasahi pipi nya “aku pengen pulang Don”
Padahal Doni masih ingin trus berada disana tapi apa daya Lia mengajaknya pulang dan ia harus menurutinya.
Ya ampun Alan kemana sih, aku cari ke kelas dia ngga ada. Tanya Lia dalam hati sambil terus mencari Alan yang tidak tau entah dimana. Setelah kejadian Alan marah pada Lia, mereka mulai tidak ada kontak sekalipun dan ini membuat Lia penasaran walaupun sebenarnya dia sudah berjanji pada dirinya tidak akan menghubungi cowoknya itu sebelum Alan yang menghubunginya duluan.
“Alaaaaann” teriak Lia dari kejauhan yang ternyata dia sedang berada di perpustakaan kampus dan semua yang ada di dalamnya langsung menoleh padanya
“maaf” Lia meminta maaf pada mereka yang merasa terganggu olehnya
“Alan, ya ampun aku cariin dari tadi ternyata kamu ada disini” ia menghampiri Alan dan duduk di depannya
“kenapa ?” jawab Alan dingin
“ih kamu kenapa sih gitu banget ? aku mu minta maaf ni jadi jangan gitu yaa” bujuk Lia
“hah ?” Doni langsung menutup buku yang sedang ia baca “kamu mu minta maaf ? udah berapa hari ini, kamu baru mau minta maaf. Basi tau !!”
“yaaa gimana abisnya aku kira kamu ngga bakal marah sampe segininya” Lia pasang muka memelas
“yauda cepetan kalo mau minta maaf” cuek Doni
“iyaa aku minta maaf ya Doni, aku ngga bermaksud buat ngebohongin kamu”
“trus kalo ngga bermaksud buat ngebohongin jadi apa donk maksudnya ?”
“eehhhmmm” Lia kehabisan kata – kata
“tuh khan kenapa diem ? yauda kamu sekarang ceritain apa aja yang selama ini kamu tutupin dari aku” cowok cakep itu menaruh tangannya di atas meja dan menatap Lia seraya sudah siap mendengarkan cerita ceweknya yang begitu di idolakan oleh cowok – cowok kampus
“aku . . aku dari kecil emang udah kenal sama Doni, trus waktu sma akhirnya kita berpacaran tapi pas kita udah lulus dia khan harus melanjutkan kuliah ke Amerika. Terusss . .”
“terus apa ?” Alan penasaran
“ setahun yang lalu dia memutuskan untuk berpisah sama aku karena dia lebih memilih cewek sana dibanding aku. Yaa awalnya aku susah sekali melupakannya tapi akhirnya aku ketemu kamu dan menurut aku, kamu itu beda sama cowok – cowok lain yang ngedeketin aku. Makanya dari situ aku mulai cari tau tentang kamu untuk mengalihkan semua pikiran aku tentang Doni. Ya mungkin dulu aku duluan yang sadar akan kehadiran kamu tapi aku ngga berani untuk memulainya duluan sampe akhirnya kamu tau aku dan ngedeketin aku, nah dari situ aku seneng banget karena setelah aku kenal kamu, aku ngga suka lagi memikirkan Doni karena yang ada di pikiran aku waktu itu selalu tentang kamu” Lia mengakhiri ceritanya dengan senyuman manis untuk Alan kekasihnya itu
“ouw gitu” Alan tersenyum malu “ternyata kamu duluan yang suka sama aku ?” goda cowok berbadan tegap itu
“hah kenapa ?” Lia jadi malu “jadi ceritanya kamu ngga marah lagi khan sama aku ?”
“emmm gimana yaa ?” Alan mencubit pipi mulus Lia
“oya kamu abis ini ngga ada acara apa – apa khan ?” tanya Lia sambil melihat jam di tangannya
“ngga , emang . .” blom selesai Alan bicara tangannya sudah ditarik duluan sama Lia
Dengan kecepatan yang super tinggi mobil Alan melaju ke Bandara Soekarno Hatta
“Doniiiiii” teriak Lia yang berlari ke arah Doni
“kamu ? aku pikir kamu ngga jadi dateng udah jam segini” Doni dengan wajah sumringah
Lia tersenyum “maaf Don. Aku udah janji khan sekarang mu jawab pertanyaan kamu yang kemaren”
“iya” jawab Doni sambil melihat ke arah Alan yang berada di sebelah Lia
“oya kenalin dulu ini Alan. Alan kenalin dulu ini Doni” Lia memperkenalkan keduanya
“aku sama Alan udah pacaran Don dan aku sayang banget sama dia” mimik muka Doni terkejut sekali “dan aku ngga bisa ninggalin dia. Kalo kamu adalah sahabat terbaik yang pernah ada, aku ngga mau kehilangan kamu sebagai sahabat Don. Aku ngga akan pernah buat ngelupain kamu. Tolong kamu jangan marah sama aku. Kamu baik – baik ya disana, kalo ada apa – apa jangan lupa cerita sama aku” Lia menggenggam tangan Doni “bukannya aku ngga mau menerima ini tapi kalung ini terlalu bagus untuk aku pakai, simpan saja sama kamu Don”
Mata Doni berkaca – kaca “kalo kamu emang masih nganggap aku sebagai sahabat kamu tolong kamu simpan ini baik – baik ya”
“Doni maafin aku. Aku ngga bermaksud menyakitimu. Kamu hati – hati ya” Lia memeluk Doni sangat erat
Alan merangkul Lia saat melepas ke pergian Doni dengan haru “daaaa . . .”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar